Our Feeds
Showing posts with label Plered. Show all posts
Showing posts with label Plered. Show all posts
zhons

Bunga Eceng Gondok Ala Korea

Berita yang sangat mengembirakan khususnya warga wadas kecamatan plered kabupaten cirebon ini sangat mengejutkan betapa tidak , di tempat kampung halaman ,ada sebuah tanaman air nama tanaman itu ialah enceng gondok atau eceng gondok

Tumbuhnya eceng gondok disertai bunga yang indah, di Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, banyak diburu warga. Terlebih menjelang sore hari, tak sedikit pengunjung yang sengaja datang ke lokasi untuk berfoto dengan background bunga eceng gondok. Tempat ini pun kemudian viral saat ini di facebook dan instagram,









Mereka yang datang dari berbagai daerah baru baru ini saya dengar dari daerah
 trusmi,kalitengah,panembahan,setu kulon,setu wetan,tengah tani, kedawung dan ada juga dari cirebon kota ada pun mereka yang datang dari luar kota cirebon,

Tempat yang sangat indah untuk berfoto ria

WADAS CIREBON ALA KOREA

 #Trussemi blog
zhons

Asal Usul Desa Gamel



Asal Usul Desa Gamel - Di suatu pedukuhan terpencil di Cirebon terdapat sebuah perguruanyang cukup disegani, dan yang menjadi guru adalah Ki Maja atau dikenal dengan nama Ki Syekh Madegal. Ia mempunyai seorang anak angkat bernama Nyi Damar jati, yang kelak menurunkan keturunan Ki Ageng Trusmi.

Ki Maja mempunyai keturunan bernama Ki Syekh Hindu Aji dari Pajajaran. Ki Syekh Hibdu Jati kemudian mempunyai dua orang murid pula yaitu Tuan Barep dan Tuan Uju. Tuan Uju mempunyai keturunan bernama Ki Suradinata yang disebut juga Ki Gamel. Nama GAMEL diambil dari seekor kuda milik Sultan Cirebon yang dipelihara oleh Ki Suradinata, karena pada masa ituKi Gamel adalah satu-satunya orang yang paling pandai memelihara kuda. Tersiar kabar bahwa Sultan Mataram mengalami kesulitan karena kuda-kuda balatentara Mataram terserang wabah penyakit yang sulit di sembuhkan, termasuk kuda milik Sultan Mataram. Oleh karena itu, setelah Sultan Mataram mendengar di daerah Cirebon ada orang yang pandai memelihara kuda, ia mengirim utusan kepada Sultan Cirebon untuk memohon ijin agar salah seorang warganya, yakni Ki Gamel dapat berangkat ke Mataram untuk mengobati kuda-kuda milik Kerajaan Mataram. Dengan kebesran hati Sultan Cirebon, Ki gamel yang tenaganya sangat di butuhkan itu diijinkan pergi ke Mataram. Ki Gamel memelihara dan merawat kuda – kuda yang sakit dengan tekun dan telaten hingga banyak yang sembuh termasuk kuda milik Sultan Mataram. Oleh karena keberhasilannya itulah Sultan Mataram memberi hadiah berupa seperangkan Gamelan renteng. Selanjutnya gamelan renteng di tusuk dengan tangkai padi, dan Ki Gamel berpamitan segera kembali ke Cirebon.

Ketika Keraton Cirebon dibagi menjadi tiga, yaitu Keraton Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan, Ki Gamel ikut kepada Sultan Kanoman. Ki Gamel sangat setia dan patuh kepada Sultan Kanoman sehingga hubungan antara keduanya seperti murid dengan guru, atau anak dengan bapak. Pada suatu saat Ki Gamel diperintahkan untuk mengambil surat kesultanan di Keraton Mataram. Setibanya di Mataram surat itu ternyata dibawa oleh Belanda ke jakarta. Kemudian Ki Gamel berangkat ke Jakarta konon dengan naik “Mancung”(Pelepah pembungkus bunga kelapa). Ada pula yang menyebutkan ia naik “Buyung” (tempat mengambil air yang terbuat dari tembaga), atau naik “ Bakiak/Gamparan” (Sandal yang terbuat dari kayu. Setelah Ki Gamel mendapatkan surat yang dimaksud, kemudian ia diangkat menjadi kuwu di daerah yang kemudian disebut Desa Gamel. Sementara itu hubungannya dengan Sultan Kanoman semakin harmonis, samapi-sampai Sultan Kanoman sering berkunjung ke Desa Gamel. Tempat pertemuan dan ngobrol –ngobrol keduanya adalah di Bale Panjang pemberian Sultan Kanoman yang diambil dari Kaliandul. Kemudian Sultan kanoman menyuruh membuat mesjid dimana seluruh bahan dan peralatannya disediakan Sultan Kanoman. Pembuatan mesjid itu diperkirakan tahun 1018 M.
zhons

Masjid Kaliwulu Cirebon, Berawal dari Tempat Wudhu Sunan Gunung Jati

Masjid Kaliwulu Cirebon, Berawal dari Tempat Wudhu Sunan Gunung Jati

Masjid Kaliwulu Cirebon
Kota Cirebon sebagai bandar perdagangan sejak berabad-abad yang lalu menyimpan banyak situs purbakala bernuansa Islam. Tak heran Cirebon dikenal sebagai salah satu pusat penyebaran Islam di Jawa Barat selain kota perdagangan.

Situs Islam yang paling terkenal tentunya Keraton Cirebon dan Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Namun selain itu, sejumlah situs Islam lainnya juga bertebaran di sana. Salah satunya adalah Mesjid Kaliwulu.

Baru dengar namanya? Memang masjid ini tidak setenar masjid di atas. Tapi dari sisi purbakala, Masjid Kaliwulu punya sejarah yang menarik. Masjid ini terletak di Desa Kaliwulu, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon*.

. "Masjid Kaliwulu punya legenda yang berkaitan erat dengan Sunan Gunung Jati," kata arkeolog dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang, Bayu Aryanto.

Legenda itu berawal dari perjalanan Sunan gunung Jati dari Cirebon menuju Galuh. Dalam perjalanan tersebut, Sunan Gunung Jati berhenti untuk shalat di satu tempat. Ia meminta pengiringnya mencari tempat berwudhu. Tidak jauh dari tempat tersebut didapatkan sungai. Inilah asal muasal nama Kaliwulu yaitu berasal dari kata kali yang berarti sungai dan kata wulu yang merupakan perubahan lafal dari wudhu. Dari persinggahan singkat Sunan Gunung Jati itulah kemudian berdiri dan berkembang desa Kaliwulu. Kepala desa pertamanya adalah Ki Gede Kaliwulu yang kini makamnya berada di halaman mesjid. Ki Gede Kaliwulu memiliki nama asli Syeh Syarif Abdurahman. Dia merupakan anak dari Pangeran Panjunan yang juga masih keturunan Sunan Gunung Jati. Dengan adanya Desa Kaliwulu, maka didirikan pula sebuah mesjid. Masih menurut legendanya, Masjid Kaliwulu pada awalnya didirikan di Silintang, tetapi kemudian berpindah secara gaib ke tempatnya saat ini. "Kapan Mesjid Kaliwulu berdiri tidak dapat diketahui dengan pasti," kata Bayu. Untuk menentukan waktu pembangunan masjid, arkeolog menganalisis inskripsi di bagian atas pintu masuk ruang utama masjid. Tulisan di situ hanya menyebutkan perbaikan yang pernah dilakukan di Masjid Kaliwulu yang bunyinya adalah sebagai berikut:

Pinata ing pintu andangdani ing masjid akhir wayah dina rabo wulan rajab tanggal rong puluh ing tahun alif hijrah nabi sewu rong atus pitulikur

Menurut Bayu, bila diterjemahkan kurang lebih berbunyi: Ditatah di pintu mesjid yang berakhir diperbaiki pada hari rabu bulan rajab tanggal dua puluh tahun alif seribu dua ratus dua puluh tujuh hijrah nabi.

Perhitungan terhadap tahun 1227 H bersamaan dengan tahun Masehi yang jatuh ± pada tahun 1826 M. Melihat pada bunyi inskripsinya, mesjid ini sudah berdiri lebih tua dari pada tahun yang disebut pada inskripsinya.

Mesjid Kaliwulu bercirikan masjid tradisional di Jawa. Maksudnya, masjid ini berdenah bujur sangkar, beratap tumpang satu, dan punya empat tiang utama, serta ada hiasan di puncak atapnya (memolo) serta adanya makam dari tokoh setempat yang dimakamkan di halaman mesjid.

Untuk masuk ke halaman mesjid terdapat pintu di sisi barat dan timur dengan bentuk gapura paduraksa dan terbuat dari kayu. Setelah melewati pintu ini akan didapatkan halaman pertama sisi utara dengan sebuah pendopo baru untuk istirahat dan shalat jum'at.

Ciri ke kunaan masih tersisa di bagian ruang utama mesjid dengan terdapatnya pintu berbentuk paduraksa untuk masuk ke dalam ruang utama. Pada dinding sisi luar dari kedua pintu tersebut banyak dihiasi dengan piring-piring keramik beragam motif dan ukuran yang direkatkan pada dinding sejumlah 97.

Pintu masjid dibuat rendah, sehingga untuk masuk harus menunduk atau membungkukkan badan. "Ini mengandung filosofi bahwa untuk masuk ke tempat suci seseorang harus merendahkan dirinya sebagai penghormatan pada Allah SWT," kata Bayu. Pada bagian atas sisi luar pintu masuk ini terdapat iskripsi beraksara arab.

Dengan bukti-bukti yang ada, baik berupa inskripi maupun konstruksi dan sedikit tata ruang yang masih dipertahankan, Mesjid kaliwulu telah ditetapkan sebagai bangunan Cagar Budaya. Saat ini pelestariannya diawasi oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang
zhons

Pasar burung plered atau pasar ayam



Untuk wilayah Cirebon dan sekitarnya bisa di katakan pasar burung Plered Cirebon inilah sebagai ajang jual beli transaksi perburungan bagi penggemar burung berkicau, disini banyak sekali pedagang-pedagang burung yang datang dari berbagai kota dan daerah yang membawa burung-burung dagangannya, khususnya banyak sekali pedangan dari Wetan atau Jateng dan Jatim. Burung-burung yang dijualpun begitu sangat beragam, ada burung hasil tangkapan hutan dan adapula burung-burung hasil dari penangkaran dari berbagai daerah, tapi saya sarankan jika anda ingin membeli burung pada hari minggu datang lebih pagi sekitar jam 8 atau jam 9 pagi, karena memang jika anda datang terlalu siang akan terasa terik dan panas disini, dan lagi jika anda datang terlalu siang mungkin burung-burung yang akan anda cari sudah terbeli oleh orang lain.

Pasar Burung Plered Cirebon, adalah tempat berkumpulnya bagi para pecinta hobi burung dari segala golongan, tepatnya setiap hari Minggu, baik itu sekedar para pehobi memelihara dan membeli burung ataupun banyak juga bagi mereka yang menjual burung-burung peliharaan mereka disini, untuk mendapatkan penghasilan tambahan .

Jika anda ingin membeli burung kesukaan anda sesuai dengan isi dompet datang saja ke pasar Plered, anda bisa mencari burung-burung muda hutan atau hasil tangkapan hutan, di pasar Burung Plered Cirebon ini bisa anda temukan, termasuk burung-burung Murai Batu, Cucak Jenggot, Cucak Ijo, Branjangan dan segala jenis burung lainnya sangat banyak yang di perjual belikan, tapi memang burung-burung tersebut masih liar dan giras karena burung hasil tangkapan hutan.

Dahulu pasar ini banyak menyebutnya dengan Pasar Ayam, karena memang di ujung pasar ini terdapat juga pasar jual dan beli ayam dan jenis hewan lainnya, bisa dikatakan Pasar Ayam atau Pasar burung Plered di Cirebon ini terlengkap dalam menjual beberapa jenis Hewan Peliharaan termasuk hewan Reptil pun diperjual belikan di pasar ini.

sebelum pasar burung ramai
hanya pedagang ayam dan burung saja yang menjajakan dagangan
sekarang pasar ayam dan burung ramai banyak pedagang pedagang yang lain pun ikut menjajakan dagangan mereka
berupa pakaian baru maupun pakaian bekas yang masi layak pakai. bukan hanya saja pakaian yang ada masi banyak pedagang yang lain pun ikut jajakan daganganya.
penasaran seperti apa si pasar burung plered atau pasar ayam

Perdagangan jual beli burung di pasar ini cukup bagus dan sangat membantu perekonomian untuk

wilayah tingkat III Cirebon, Khususnya untuk pedagang burung-burung kecil, karena harga burung sangat terjangkau dan murah dengan harga murah inilah banyak para pedangan yang sengaja berbelanja di sini baik party besar dan kecil untuk di jual kembali di daerah mereka masing-masing, ada yang dari Arjawinangun, Kuningan, Jatibarang, Tasik, Ciamis dan sekitarnya.

Sebelumnya area pasar burung ini terletak di tengah-tengah lapangan sepakbola, akan tetapi karena lapangan ini telah di fungsikan kembali dan berbagai faktor akhirnya para pedagang burungpun di alihkan ke sisi lapangan tapi tidak menyurutkan para pengunjung dan pedagang di sekelilingnya untuk terus berjualan dan mencari nafkah untuk keluarga mereka masing-masing.

Bagaimana anda ingin mencoba berbelanja burung dan jenis hewan lainnya, coba jalan - jalan ke Pasar Ayam Plered Cirebon atau pasar burung di cirebon plered ini, mengenai harga sangat relatif, bisa di sesuaikan dengan isi dompet anda