Our Feeds
Showing posts with label Jamblang. Show all posts
Showing posts with label Jamblang. Show all posts
zhons

Ider ideran karang mas jamblang cirebon 2018

Cirebon di bilang tidak banyak mempunyai tradisi ada juga yang bilang cirebon memiliki banyak tradisi maupun budaya Terutama pada bulan dan tahun ini memyelenggarakan tradisi arak arakan atau ider Ideran [karnaval], pada minggu minggu yang lalu di salah satu daerah gunung jati cirebon juga menyelenggarakan acara karnaval (NADRAN) pada tanggal oktober 2018 lalu, kemudian di daerah trusmi plered pun demikian pada tanggal 14 oktober 2018 lalu di adakan acara memayu buyut trusmi.

untuk hari minggu ini tanggal 28 oktober 2018 kita mesti tahu di daerah mana saja kota cirebon memiliki tradisi acara tahunan arak arakan

Sebelum yang sudah sudah di selenggarakan pada minggu minggu yang lalu di daerah gunung jati , trusmi , sekarang nyusul di daerah JAMBLANG CIREBON

penasaran ingin menyaksikan ider-ideran (karnaval) Ngunjung Buyut Nyi Mas Ratu Gandasari.

Karnaval yang menampilkan replika situs Nyi Mas Ratu Gandasari di Kampung Pecung/Karang Mas, Desa Kasugengan Kidul, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon itu hingga sekarang masih dilestarikan warga Kesugengan Kidul, Kesugengan Lor dan sekitarnya. Pada kesempatan tersebut juga ditampilkan berbagai replika hasil kreativitas warga setempat berupa karya imajinatif seperti berbagai kereta kencana, burung garuda dan aneka satwa lainnya, kapal besar, dan tampilan teatrikal yang mengundang tawa.

Guna mengamankan rute karnaval dari kompleks situs Nyi Mas Ratu Gandasari di Kampung Pecung-Kasugengan Kidul-Kasugengan Lor-Pasar Jamblang dan kembali ke kompleks situs, panitia ngunjung (khaul) memanfaatkan beberapa kelompok "pasukan hitam" yang sekujur tubuhnya dibalur arang hitam dicampur minyak goreng hingga pengunjung ketakutan terkena noda hitam dan minggir dengan sendirinya masyarakat cirebon menamakan pasukan pengaman bertubuh hitam tersebut di namakan dayak.

Karnaval yang panjangnya mencapai sekitar empat 3 kilo meter itu masih mendapatkan apresiasi dari masyarakat berbagai desa di Kab. Cirebon, terutama di wilayah Kecamatan Depok, Plumbon, Jamblang, Klangenan, Palimanan, Weru, Plered, Dukuhpuntang , Sumber dan lainnya.

Ketika karnaval berlangsung, petugas dari jajaran Kepolisian Resort (Polres) Cirebon maupun Kepolisian Sektor (Polsek) Depok telah berusaha mengamankan arus lalu lintas Cirebon-Palimanan dengan tetap memanfaatkan jalur sebelah utara untuk lewat kendaraan, sementara yang digunakan untuk karnaval jalur sebelah selatan, namun, ketika iring-iringan peserta karnaval tersebut berakhir, kemacetan pun tetap terjadi. Beruntung petugas bisa segera memulihkan arus.

pada kesempatan itu pula saya turut menonton arak arakan di karang mas jamblang, Menurut Tarsiri salah seorang pedagang rujak uleg sebelah supermarket griya toserba jamblang, tarsiri seorang warga Kasugengan Kidul, Ngunjung. Buyut Nyi Mas Ratu Gandasari sudah berlangsung turun temurun yang digelar setiap setahun sekali. Selain merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan, juga bisa menjadi ajang silaturrahmi antar warga.

dan ketika itu pula sempat pengambilan gambar dalam rangka ngunjung nyimas ratu ganda sari berikut gambar arak arakan









"Ini bisa dijadikan ajang silaturahmi antar warga, khususnya di Desa Kesugengan Kidul dan Kesugengan Lor. Ada sejumlah warga perantau yang lebaran tidak pulang kampung, justru saat ngunjung mereka pulang kampung," katanya. Sementara itu, Sekretaris Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Disbudparpora) Kabupaten Cirebon mengatakan, situs Karang Mas yang terdapat di Blok Pecung/Karang Mas Desa Kasugengan Kidul, Kecamatan Depok, persis di sisi timur tanggul sungai Jamblang.

Sesuai cerita yang berkembang di tengah masyarakat setempat, lanjut dia, di konpleks pekuburan tua yang dipagari kuta keliling terdapat sebuah bangunan permanen yang didalamnya terdapat sebuah kuburan yang diduga petilasan dari Nyi Ratu Mas Gandasari, salah seorang srikandi sekaligus tokoh penyebar agama Islam di Cirebon yang aslinya berasal dari Aceh yang hidup pada abad ke-15.
zhons

Asal muasal daerah Jamblang



Jamblang adalah nama buah yang dalam bahasa Cirebon duwet. Nama Jamblang kemudian dipakai untuk nama sebuah daerah, ditempat itu terdapat sebuah pasar bernama Jamblang. Nama Jamblang semula dipinggir sungai dan 

ditempat itu terdapat pohon jamblang yang sangat besar.  Nama tempat dengan nama jamblang mula-mula diucapkan oleh seorang pedagang dari negeri cina. Pada waktu itu lalu lintas manusia masih banyak menggunakan jalan sungai dengan naik perahu, kendaraan darat belum banyak dibuat orang, pedati dan dokar masih jarang. Para pedagang kebanyakan dari Cina, berlabuh dipelabuhan Celancang

meneruskan membawa baran gnya dengan perahu sampai ke pedalaman. Di pedalaman belum banyak nama-nama kampong, karenanya para pedagang yang hilir mudik melalui jalan sungai pada waktu itu menyebutkan daerah yang pernah didatanginya dengan mengenal pohon sebagai tanda.

Demikian pula seorang pedagang Cina bernama Baba Chong An, sering berdagang disebuah tempat yang terdapat sebuah pohon jamblang. Kemudian oleh penduduk ditempat itu dikenal dengan nama Jamblang. Karena barang dagangannya laku, sering pula bermalam ditempat itu kemudian dibuatnya sebuah tempat berdagang bersama bersama pula tempat tinggalnya. Baba Chong An berdagang disana membawa pula seorang anak gadisnya bernama Liong Sie Tin, lama kelamaan menjadi penghuni baru ditempat itu. Baba Chong An selain seorang pedagang ia adalah seorang pengagung klenteng. Karenanya ditempat itu ia bermaksud akan

mendirikan sebuah klenteng agar dapat bersembahyang baik untuk dirinya sendiri maupun bagi teman-teman pedagang yang sebangsa dan se-agama dengan dia. Berkat ketekunannya berdagang, ia berhasil membeli sebidang tanah untuk didirikannya sebuah klenteng.

Tersebutlah seorang pemuda bernama Raden Banjar Patoman berasal dari Banjar bermaksud akan berguru kepada Sunan Gunung Jati di Cirebon. Dalam perjalanannya menuju Cirebon, melewati Jamblang. Karena dilihatnya ditempat itu lebih ramai dari tempat-tempat lain, ia sengaja ingin melihat-lihat disana.

Ketika mendekati tempat Baba Chong An, ia mengetahui Liong Sie Tin sedang menunggui dagangan. Raden Banjar Patoman sempat berkenalan dengan Liong Sie Tin. Dalam perkenalannya tiba-tiba menjadi sangat akrabnya, seperti telah lama berkenalan. Ketika Raden Banjar Patoman minta diri untuk meneruskan perjalanannya, Liong Sie Tin menggodanya. Ia menyatakan ingin ikut ke Cirebon, ingin mengetahui keadaan di Cirebon.

Raden Banjar Patoman berterus terang kepada Liong Sie Tin, bahwa ia ingin pergi bersama. Tetapi karena perginya ke Cirebon bermaksud akan berguru agama Islam, ia tidak berani mengajaknya dan hanya berjanji bahwa setelah menyelesaikan belajarnya ia akan segera dating kembali. Dikatakannya pula dengan berterus terang, ia akan kembali berkunjung, karena hatinya telah mencintai Liong Sie Tin. Liong Sie Tin tidak menjawabnya hanya memandang tajam dan memegangi tangan Raden Banjar Patoman menjadi semakin erat dan tidak mau melepaskannya pergi, namun akhirnya hanya mengumpat dengan berkata perlahan hamper tidak terdengar. Perlahan-lahan dilepaskannya tangan Raden Banjar Patoman, namun terhadapnya penuh menyampaikan perasaan cintanya yang memikat. Raden Banjar Patoman terasa berat melangkahkan kakinya, akan meninggalkan kekasihnya yang baru didapatnya. Namun hatinya segera dikuatkan dengan keinginannya berguru, berjalanlah perlahan-lahan meninggalkan tempat itu diiringkan sepasang mata yang terus memandanginya.

Di Cirebon Sunan Gunung Jati setelah mengadakan musyawarah Wali Sanga digunung Ciremai, segera mengundang Sunan Rangga. Sunan Rangga adalah sebutan kepada Ki Kuwu Cakrabuana, dimintakan agar segera dapat mengumpulkan kayu jati yang akan digunakan untuk membangun Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon. Sunan Rangga setelah mendengar peintah tersebut segera berunding dengan Sunan Kalijaga perihal kayu jati yang akan diambilnya. Sunan Rangga menjelaskan adanya kayu-kayu harus dikumpulkannya, bahwa kayu itu akan diambil dari Alas Jati Si Gentong. Seorang bernama Nyi Rara Denok yang memiliki Alas Jati Si Gentong berkenan menyumbangkan kayu yang bernama Si Topeng yang berada disebuah pulau kecil bernama pulau Rancang, sekarang Pulau Rancang adalah sebuah dusun di Desa Gegesik Kulon Kecamatan Gegesik.

Di Puser Bhumi, Sunan Gunung Jati tengah menghadapi seorang pemuda bernama Raden Banjar Patoman yang meminta diajar agama Islam. Sunan Gunung Jati menerima permintaannya, diperintahkan agar bersabar menunggu sampai Sunan Kalijaga telah kembali dari pekerjaan penebangan kayu jati untuk pembangunan masjid Agung Cirebon. Banjar Patoman merasa, dengan dikatakannya oleh Sunan Gunung Jati tentang suatu pekerjaan yang sedang dilakukan, merasa dirinya sebagai murid alangkah baiknya kalau ia dapat membantunya. Bersembahlah Raden Banjar Patoman dihadapan Sunan Gunung Jati dan memohon dengan segala kerendahan hatinya untuk ikut bekerja dalam mengumpulkan kayu-kayu jati itu. Sunan Gunung Jati memahami permintaan Raden Banjar Patoman, maka diperintahkan Raden Banjar Patoman untuk bergabung dengan Sunan Rangga dan Sunan Kalijaga beserta penebang lainnya yang telah berada di Pulo Rancang.

Ketika itu pula Baba Chong An melaksanakan pembangunan Klenteng, yang sekarang dikenal dengan nama Klenteng Jamblang. Akan tetapi dalam pembangunan Klenteng tersebut kekurangan kayu untuk bubungan. Menurut ceritera bahwa bubungan Klenteng Jamblang adalah kayu jati Si Gentong dari Pulo Rancang bantuan dari Raden Banjar Patoman, tentunya atas seijin Sunan Gunung Jati. Setelah Klenteng Jamblang berdiri, kemudian Raden Banjar Patoman diterima menjadi tunangan Liong Sie Tin.

Dan pada waktu itu orang-orang dari Cina banyak yang datang didaerah Jamblang, orang-orang dari daerah Jamblangpun tidak kalah dengan orang-orang Cina untuk berdagang yaitu jualan nasi yang dibungkus dengan daun jati, itu cirri khas dari Jamblang dan sampai sekarang nasi Jamblang sebagai makanan khas daerah Cirebon.